Dari segi struktur external, halangan pada knowledge sharing dapat membawa dampak kepada hilangnya hubungan dengan pelanggan. Kurangnya knowledge yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang cukup kepada pelanggan akan mengurangi rasa kepuasan pelanggan terhadap perusahaan. Sedangkan dari sisi marketing, promosi yang paling efektif adalah “mouth-to-mouth”. Jika satu pelanggan puas dengan pelayanan yang dia terima, maka dia akan menceritakan kepada dua orang lainnya. Tetapi jika dia tidak puas, maka dia akan menceritakan kepada lima orang lainnya. Oleh karena itu, pelayanan terhadap pelanggan merupakan hal yang sangat penting. Untuk dapat mencapai pelayanan yang baik, maka dibutuhkan knowledge yang cukup.
Jika dilihat dari segi struktur internal dan external, tidak adanya sistem untuk membantu pelanggan juga dapat mengurangi rasa kepuasan pelanggan. Karena pada saat mereka membutuhkan, maka mereka akan merasa kesulitan untuk mendapatkan bantuan dari pihak yang seharusnya menyediakan.
Dari segi struktur internal, tidak adanya sistem untuk mentransfer keahlian. Karena semua knowledge yang ada bersifat tacit (bergantung pada suatu individu tertentu). Akan membutuhkan waktu lebih untuk menyelesaikan suatu hal yang sama dengan orang yang berbeda. Seorang yang ahli jika dimutasikan ke bagian lain, maka seorang lain yang mengisi tempatnya harus mulai belajar dan beradaptasi agar dapat menjadi ahli juga.
Selain itu, sistem yang baik harus juga didukung dengan pelatihan yang cukup. Sistem yang bagus bagi perusahaan tetapi jika tidak dapat digunakan oleh karyawannya maka akan menjadi beban bagi perusahaan. Karena pengguna sistem adalah karyawan, maka dibutuhkan pelatihan agar karyawan dapat menggunakan sistem secara maksimal.
Dari segi kompetensi individu dan struktur internal, dapat terjadi hal yang sia-sia. Seperti misalnya penelitian akan suatu hal yang sama yang dilakukan oleh kelompok yang berbeda, yang akibatnya terjadi pemborosan usaha yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Hal ini terjadi karena kurangnya komunikasi diantara kelompok dalam perusahaan yang sama.
Kurangnya dukungan secara profesional. Dikala karyawan dalam suatu perusahaan membutuhkan dukungan secara profesional, mereka sulit untuk menemukannya. Sehingga bantuan tidak pernah mereka dapatkan.
Pembelajaran yang tidak positif mengenai karir. Tidak adanya karir yang jelas dalam sebuah perusahaan akan membuat karyawan tidak termotivasi untuk bekerja lebih baik. Karyawan menjadi tidak terpacu untuk mencari ataupun mendapatkan knowledge yang lebih baik. Knowledge sharing bukanlah menjadi suatu hal yang dipentingkan.
Kurangnya pengakuan dari pihak manajerial. Orang-orang yang sudah membagikan knowledge mereka masih harus berkutat di pekerjaannya. Kontribusi yang sudah diberikan oleh seseorang kurang diperhatikan dan kurang diperhitungkan sehingga tidak ada dispensasi mengenai pekerjaannya sendiri. Mungkin bantuan yang diberikan membawa dampak yang signifikan bagi perusahaan walaupun harus dibayar dengan menelantarkan pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Namun dari pihak manajerial tidak mengakui hal tersebut dan tetap menganggap bahwa pekerjaan yang seharusnya dilakukan itulah yang harus dipikirkan dan tidak menghargai bantuan yang sudah diterima bagi perusahaan.
Dari segi kompetensi individu, adanya egoisme diri sendiri. Adanya anggapan bahwa setiap karyawan itu berkompetisi satu dengan yang lainnya. Sehingga tidak mau membagikan knowledge yang mereka miliki. Jika ada orang lain yang membutuhkan bantuan, maka mereka harus membayar. Knowledge tidak diberikan atau dibagikan kepada sesama karena menganggap orang lain sebagai kompetitor.
Rasa aman dalam posisi yang sudah ada sekarang. Karena orang ini memiliki knowledge khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain, sehingga perusahaan tidak akan menyingkirkan dia. Perusahaan akan selalu bergantung kepada knowledge yang dia miliki. Oleh sebab itu, dia tidak akan mau membagikan knowledge yang dimilikinya kepada orang lain. Kepemilikan knowledge inilah yang akan membawa rasa “aman” kepada dirinya.
0 comments: